Ngalap
berkah, Yang Diperbolehkan dan Terlarang
Dalam
bahasa Arab, barokah bermakna tetapnya sesuatu, dan bisa juga
bermakna bertambah atau berkembangnya sesuatu. Tabriik adalah
mendoakan seseorang agar mendapatkan keberkahan. Sedangkan tabarruk adalah
istilah untuk meraup berkah atau “ngalap berkah”.
Adapun
makna barokah dalam Al Qur’an dan As Sunnah adalah langgengnya
kebaikan, kadang pula bermakna bertambahnya kebaikan dan bahkan bisa bermakna
kedua-duanya. Demikian kesimpulan dari Dr. Nashir Al Judai’ dalam At
Tabaruk, hal. 39.
Ibnul
Qayyim rahimahullah mengatakan, “Maksud dari ucapan do’a “keberkahan
kepada Muhammad dan keluarga Muhammad karena engkau telah memberi keberkahan
kepada keluarga Ibrahim, do’a keberkahan ini mengandung arti pemberian kebaikan
karena apa yang telah diberi pada keluarga Ibrahim. Maksud keberkahan tersebut
adalah langgengnya kebaikan dan berlipat-lipatnya atau bertambahnya kebaikan.
Inilah hakikat barokah”. Lihat Jalaul Afham fii Fadhlish Sholah ‘ala
Muhammad Khoiril Anam karya Ibnu Qayyim Al Jauziyah, hal. 308.
Ngalap
berkah kepada makhluk yang terlarang ada dua macam :
Macam
pertama : Termasuk
Syirik Akbar
Tabarruk
pada makhluk seperti pada kubur, pohon, batu, manusia yang masih hidup atau
telah mati, di mana orang yang bertabarruk ingin mendapatkan barokah dari
makhluk tersebut (bukan dari Allah), atau jika bertabarruk dengan makhluk
tersebut dapat mendekatkan dirinya pada Allah Ta’ala, atau ingin
mendapatkan syafa’at dari makhluk tersebut sebagaimana yang dilakukan oleh
orang-orang musyrik terdahulu, maka seperti ini termasuk syirik akbar
(syirik besar). Karena kelakukan semacam ini adalah sejenis dengan perbuatan
orang musyrik pada berhala atau sesembahan mereka.
Macam
kedua : Termasuk
Bid’ah
Tabarruk
kepada makhluk dengan keyakinan bahwa tabarruk pada makhluk tersebut akan berbuahkan
pahala karena telah mendekatkan pada Allah, namun keyakinannya bukanlah
makhluk tersebut yang mendatangkan manfaat atau bahaya. Hal ini seperti
tabarruk yang dilakukan orang jahil dengan mengusap-usap kain ka’bah, dengan
menyentuh dinding ka’bah, dengan menyentuh maqom Ibrahim dan hujroh
nabawiyah, atau dengan menyentuh tiang masjidi harom dan masjid nabawi; ini
semua dilakukan dalam rangka meraih berkah dari Allah, tabarruk semacam ini
adalah tabarruk yang bid’ah (tidak ada tuntunannya dalam ajaran Islam) dan
termasuk wasilah (perantara) pada syirik akbar kecuali jika ada dalil
khusus akan hal itu.
Pelajaran
dari pohon Dzatu Anwath
Dahulu
kami berangkat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar
menuju Khoibar. Lalu, beliau melewati pohon orang musyrik yang dinamakan Dzatu
Anwath. Mereka menggantungkan senjata mereka. Lalu mereka berkata, “Wahai
Rasulullah! Buatkanlah untuk kami Dzatu Anwath (tempat menggantungkan senjata)
sebagaimana mereka memiliki Dzatu Anwath.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam menjawab, “Subhanallah! Sebagaimana yang dikatakan oleh kaum
Musa: Jadikanlah untuk kami sesembahan sebagaimana mereka memiliki
sesembahan-sesembahan.” (QS. Al A’raaf: 138). Kalian benar-benar akan mengikuti
kebiasaan-kebiasaan orang-orang sebelum kalian.” (HR. Tirmidzi no. 2180. Abu
Isa mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Hadits ini dikatakan shahih oleh
Al Hafizh Abu Thohir Zubair ‘Ali Zaiy)
Syaikh
Sulaiman At Tamimi dalam Taisir Al ‘Azizil Hamid (1: 407) berkata,
“Jika menggantungkan senjata di pohon, lalu bersemedi (i’tikaf) di sampingnya,
serta menjadikan sekutu bagi Allah, walau tidak sampai menyembahnya atau tidak
pula memintanya, (dinilai keliru), maka bagaimana lagi jika ada yang sampai
berdo’a pada orang yang telah mati seperti yang dilakukan oleh para pengagum
kubur wali, atau ada yang sampai beristighotsah padanya, atau dengan melakukan
sembelihan, nadzar atau melakukan thowaf pada kubur?!”
Beberapa
bentuk ngalap berkah yang terlarang
1- Ngalap
berkah dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah beliau wafat
Di
antara yang terlarang adalah tabaruk dengan kubur beliau. Bentuknya adalah
seperti meminta do’a dan syafa’at dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
di sisi kubur beliau. Semisal seseorang mengatakan, “Wahai Rasul, ampunilah aku”
atau “Wahai rasul, berdo’alah kepada Allah agar mengampuniku dan menunjuki
jalan yang lurus”. Perbuatan semacam ini bahkan termasuk kesyirikan karena di
dalamnya terdapat bentuk permintaan yang hanya Allah saja yang bisa
mengabulkannya. (Lihat At Tabaruk, hal. 325.)
Juga
yang termasuk keliru adalah mendatangi kubur Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallamlantas mengambil berkah dari kuburnya dengan mencium atau mengusap-usap
kubur tersebut.
Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Para ulama kaum
muslimin sepakat bahwa barangsiapa yang menziarahi kubur Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam atau menziarahi kubur para nabi dan orang sholih
lainnya, termasuk juga kubur para sahabat dan ahlul bait, ia tidak dianjurkan
sama sekali untuk mengusap-usap atau mencium kubur tersebut.” (Majmu’ Al Fatawa,
27: 79).
Imam
Al Ghozali mengatakan, “Mengusap-usap dan mencium kuburan adalah adat Nashrani
dan Yahudi”. (Ihya’ ‘Ulumuddin, 1: 282).
2- Tabarruk
dengan orang sholih setelah wafatnya
Jika
terhadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam saja tidak diperkenankan
tabarruk dengan kubur beliau dengan mencium atau mengusap-usap kubur tersebut,
maka lebih-lebih dengan kubur orang sholih, kubur para wali, kubur kyai, kubur
para habib atau kubur lainnya. Tidak diperkenankan pula seseorang meminta dari
orang sholih yang telah mati tersebut dengan do’a “wahai pak kyai, sembuhkanlah
penyakitku ini”, “wahai Habib, mudahkanlah urusanku untuk terlepas dari lilitan
hutang”, “wahai wali, lancarkanlah bisnisku”. Permintaan seperti ini hanya
boleh ditujukan pada Allah karena hanya Allah yang bisa mengabulkan. Sehingga
jika do’a semacam itu ditujukan pada selain Allah, berarti telah terjatuh pada
kesyirikan.
Begitu
pula yang keliru, jika tabarruk tersebut adalah tawassul, yaitu meminta orang
sholih yang sudah tiada untuk berdo’a kepada Allah agar mendo’akan dirinya.
3- Tabarruk
dengan pohon, batu dan benda lainnya.
Ngalap
berkah dengan benda-benda semacam ini, termasuk pula ngalap berkah dengan
sesuatu yang tidak logis seperti dengan kotoran sapi (Kebo Kyai Slamet),
termasuk hal yang terlarang, suatu bid’ah yang tercela dan sebab
terjadinya kesyirikan.
Ibnu
Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Adapun pohon, bebatuan dan benda
lainnya … yang dijadikan tabarruk atau diagungkan dengan shalat di sisinya,
atau semacam itu, maka semua itu adalah perkara bid’ah yang mungkar dan perbuatan
ahli jahiliyah serta sebab timbulnya kesyirikan.” (Majmu’ Al Fatawa, 27:
136-137)
Perbuatan-perbuatan
di atas adalah termasuk perbuatan ghuluw (berlebihan) terhadap orang
sholih dan pada suatu benda. Sikap yang benar untuk meraih keberkahan dari Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam setelah beliau wafat adalah dengan ittiba’ atau
mengikuti setiap tuntunan beliau, sedangkan kepada orang sholih adalah dengan
mengikuti ajaran kebaikan mereka dan mewarisi setiap ilmu mereka yang sesuai
dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Inilah tabarruk yang benar.
Beberapa
bentuk ngalap berkah yang dibolehkan
1- Keberkahan
orang sholih
Di
antara keberkahan orang sholih adalah karena keistiqomahan agamanya. Karena
istiqomahnya ini, dia akan memperoleh keberkahan di dunia yaitu tidak akan
sesat dan keberkahan di akhirat yaitu tidak akan sengsara. Allah Ta’ala berfirman,
“Maka jika datang kepadamu petunjuk
daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat
dan tidak akan celaka.” (QS. Thoha: 123). Ibnu ‘Abbas menjelaskan keutamaan
orang yang mengikuti petunjuk Allah,
“Ia tidak sesat di dunia dan tidak celaka di akhirat”. Lihat Tafsir
Al Qur’an Al ‘Azhim, 9: 376-377.
Keberkahan
orang sholih pun terdapat pada usaha yang mereka lakukan. Mereka begitu giat
menyebarkan ilmu agama di tengah-tengah masyarakat sehingga banyak orang pun
mendapat manfaat. Itulah keberkahan yang dimaksudkan. Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallammenyebut orang-orang sholih yang berilmu sebagai pewaris para
nabi.
“Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para
nabi”. (HR. Abu Daud no. 3641, At Tirmidzi no. 2682 dan Ibnu Majah no. 223.
Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
2- Keberkahan lewat jujur dalam jual
beli
Dari
Hakim bin Hizam, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Orang
yang bertransaksi jual beli masing-masing memilki hak khiyar (membatalkan atau
melanjutkan transaksi) selama keduanya belum berpisah. Jika keduanya jujur dan
terbuka, maka keduanya akan mendapatkan keberkahan dalam jual beli, tapi jika
keduanya berdusta dan tidak terbuka, maka keberkahan jual beli antara keduanya
akan hilang”. (HR. Bukhari no. 2079 dan Muslim no. 1532)
3- Keberkahan karena tidak tamak pada
harta
Ketika
seseorang mencari harta dengan tidak diliputi rasa tamak, maka keberkahan pun
akan mudah datang. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
mengatakan pada Hakim bin Hizam,
“Wahai Hakim, sesungguhnya harta itu hijau
lagi manis. Barangsiapa yang mencarinya untuk kedermawanan dirinya (tidak tamak
dan tidak mengemis), maka harta itu akan memberkahinya. Namun barangsiapa yang
mencarinya untuk keserakahan, maka harta itu tidak akan memberkahinya, seperti
orang yang makan namun tidak kenyang. Tangan yang di atas lebih baik daripada
tangan yang di bawah” (HR. Bukhari no. 1472).
Yang
dimaksud dengan kedermawanan dirinya, jika dilihat dari sisi orang yang
mengambil harta berarti ia tidak mengambilnya dengan tamak dan tidak
meminta-minta. Sedangkan jika dilihat dari orang yang memberikan harta,
maksudnya adalah ia mengeluarkan harta tersebut dengan hati yang lapang.
(Lihat Fathul Bari karya Ibnu Hajar Al Asqolani, 3: 336.)
Ibnu
Baththol rahimahullah mengatakan, “Qona’ah dan selalu merasa cukup
dengan harta yang dicari akan senantiasa mendatangkan keberkahan. Sedangkan
mencari harta dengan ketamakan, maka seperti itu tidak mendatangkan keberkahan
dan keberkahan pun akan sirna.” (Syarh Ibni Batthol, Asy Syamilah, 6: 48)
4- Keberkahan
dari berpagi-pagi dalam mencari rezeki
Dari
sahabat Shokhr Al Ghomidiy, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Ya Allah, berkahilah umatku di waktu paginya.”
Apabila
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengirim peleton pasukan,
beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengirimnya pada pagi hari.
Sahabat Shokhr sendiri adalah seorang pedagang. Dia biasa membawa barang
dagangannya ketika pagi hari. Karena hal itu dia menjadi kaya dan banyak harta.
(HR. Abu Daud no. 2606, At Tirmidzi no. 1212, Ibnu Majah no. 2236. Syaikh Al
Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
5- Keberkahan
lewat air zam-zam
Dalam
sebuah hadits shahih, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut air
zam-zam,
“Sesungguhnya
air zam-zam adalah air yang diberkahi, air tersebut adalah makanan yang
mengenyangkan.” (HR. Muslim no. 4520) Dari
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
“Air zam-zam sesuai keinginan ketika
meminumnya.” (HR. Ibnu Majah no. 3062 dan Ahmad 3: 357).
Dan
masih banyak contoh lainnya. Namun yang terpenting dalam meraih keberkahan
adalah dengan iman dan takwa. Allah Ta’ala berfirman :
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri
beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari
langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami
siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al A’rof: 96).
Dari sini
menunjukkan bahwa jika ada yang mengambil berkah dengan kemaksiatan, seperti
melakukan ritual zina yang dilakukan di tempat pesugihan Gunung Kemukus atau
memenuhi ritual zina ala alam ghaib, maka ini adalah sesuatu kesesatan. Apalagi
yang dicontoh adalah pelaku dosa. Semoga
kita dijauhkan dari syirik. (dari muslim.or.id)